SELAMAT HARI KARTINI


Diiringi alunan lembut suara kang Iwan Fals, dengan judul Ibu aku menuliskan blog ini. Mencoba mencurahkan perasaan yang sedang aku rasakan. Rasa sedih, kangen, rindu dan bahkan rasa banggaku pada beliau.
Hari ini bertepatan dengan Hari Kartini, sosok wanita hebat yang pernah bangsaku miliki. Mungkin Ibuku tak sehebat Ibu Kartini yang berjuang untuk kaum wanita dinegeriku sehingga kami para penerus beliau bisa merasakan yang namanya “kebebasan” seperti sekarang ini. Tapi bagiku wanita terhebat dalam hidupku masih tetap Ibuku dan tak akan ada yang bisa mengantikannya sampai kapanpu.
Ibuku mungkin tak akan ingat ini hari apa, tapi aku yakin beliau akan mengingat dengan jelas siapa Ibu Kartini. Seperti yang selalu beliau ceritakan dimasa kecilku. Betapa bangganya Ibuku pada beliau dan itulah alasan kenapa Ibu membiarkan aku mengejar impianku kemanapun aku pergi. Ibuku juga bukan wanita yang merasakan jerih payah Ibu Kartini, dan beliau mungkin salah satu dari ribuan wanita dijamannya yang merasakan dunia gelap wanita Indonesia saat itu. Tak pernah terucap, tapi sering kali tersirat saat Ibu menceritakan masa muda yang beliau lalui. Bagaimana beliau harus menerima nasib untuk berhenti sekolah di SR (Sekolah Rakyat)  dan dipaksa untuk menikah dengan seseorang yang belum pernah beliau tahu. Hal biasa terjadi dijaman itu, apalagi kami yang tinggal dipelosok tanah pertiwi.
Semangat Ibu yang selalu aku kagumi, harapan besar yang selalu beliau tanamkan dihati kami anak-anaknya. Belaiu tidak pernah mau, anak-anaknya merasakan yang beliau rasakan. kebahagiaan kami adalah segalanya bagi beliau. Pernah satu hari karena sudah tidak tahu apa yang harus beliau lakukan untuk kami , terucap kata yang sampai saat ini membekas dihati dan pikiranku “Ibu sudah tidak punya apa-apa, kalau seandainya kulit dan tulang Ibu bisa Ibu jual, akan aku lakukan untuk kalian”. Saat itu yang ada hanya penyesalan terbesar dari hati, karena sudah membuat ibu bersedih dan terluka.
Sekarang sudah hampir dua tahun aku meninggalkan Ibuku tercinta. Dan entah masih berapa lama lagi waktu yang harus aku habiskan disini. Demi sebuah masa depan alasan kliseku tapi mungkin hanya sekedar sebuah pelarian ataupun pelampiasan kenyataan real nya. Masih sama seperti yang dulu, harapan besar selalu beliau berikan untukku agar aku tetap bertahan dengan kondisi apapun, dengan keadaan apapun. Saat aku merasakan lelah dan ingin menyerah pun, Ibu  tetap memberikan aku semangat untuk tetap berjuang. Pesan yang selalu beliau berikan, seperti reminder yang akan berulang-ulang “Jangan lupa sholat fardhu nya, tahajud dan dhuhanya. Puasa daudnya kalo gak bisa minimal puasa senin-kamisnya. Belajar yang rajin biar cepet lulus dan bisa segera pulang ke rumah, hati-hati waktu percobaan biar gak sering ngulang, jangan lupa olahraga dan jalan-jalan biar pikiran tetep segar, Luangkan waktu untuk membantu sesama disana bagaimanapun mereka saudara kita (setelah aku minta ijin untuk ikut salah satu organisasi keislaman disini), Ibu akan menunggumu sampai kamu pulang, tapi jangan biarkan ibu terlalu lama untuk menunggu”. Entahlah….aku tidak pernah berani berjanji, mungkin aku akanberusaha melakukan hal terbaik yang mungkin bisa aku lakukan.
Selamat Hari Kartini Bu…….tetaplah menjadi Kartini dihati kami anak-anakmu. Dan semoga aku bisa menjadi Kartini untuk masaku, meskipun tak sehebat Ibu Kartini yang sebenarnya, minimal bisa menjadi Kartini sehebat Ibu.
(Peluk cium dari anakmu yang benar-benar merindukan mu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar